Kisah Bocah yang Menggemparkan Kampus UI
Beruntung bertemu bocah bernama Big Zaman kala i'tikaf Ramadhan kemarin.
Ya, namanya serius tertulis 'Big Zaman' di KTP dan berbagai kartu
identitas lainnya. Terakhir, saya baru tahu kalo makna di balik nama
tersebut adalah semoga bisa menjadi besar di zamannya.
Perawakan dan tampangnya memang mirip anak baru lulus SMA, tapi siapa sangka bocah ini sudah diwisuda September tahun lalu dari Kampus yang identik dengan yellow jacket-nya. Menariknya, dari sosoknya yang sederhana tersimpan pengalaman hidup yang begitu menginspirasi.
Belakangan saya tahu kisah Big, saat membaca blognya. Ya, selama i'tikaf meski satu kelompok tidak banyak yang dibicarakan, karena memang pengen fokus ibadah. Tapi lumayan-lah ada waktu yang cukup efektif untuk bertukar cerita yakni saat makan sahur dan momen di pagi hari.
Mau tahu kisah seorang Big yang menggugah hingga ia didaulat
menyampaikan 'Graduation Speech' saat wisuda tahun lalu di Balairung UI?
Ini dia kisahnya:
Betapa indah pertolongan Alloh, tanpa cinta-Nya Barangkali seorang anak laki-laki itu sudah berhenti di tengah-tengah pendidikannya. Selalu saja ada orang yang mau membiayai sekolahnya dari kepala sekolah SD-nya, seorang pemilik restoran yang tidak diketahui dari mana asalnya, hingga alumni SMAN 5 Surabaya rajin terus menebus uang sekolahnya sejak SD hingga SMA.
Barangkali anak laki-laki itu tidak pernah berpikir
untuk melanjutkan kuliahnya bila Allah tidak mengirimkan teman-teman SMA yang
sangat tidak logis :) yang sering kali membantunya dan di akhir kelas 3 SMA mau
patungan sekelas hanya untuk membiayai uang bimbingan belajarnya.
Betapa ajaib nikmat dariNya ketika anak laki-laki ini yang sudah
diterima di kampus idamannya UI, namun nyaris gagal berangkat ke Jakarta karena masalah
ongkos. Apa jadinya bila Allah tidak mengutus sahabat terbaik beserta keluarganya yang murah
hati yang tiba-tiba datang menjemput ke rumah dan menaikkan anak kampungan ini
untuk naik pesawat pertama kalinya! Ya, ke Jakarta!
Bahkan ketika sampai di asrama UI, tempat pertama kali
menginjakkan kaki di kampus itu , anak laki-laki itu hanya bermodalkan tiga stel baju celana plus ijazah di
tangan, mengalami sulitnya di masa-masa awal. Ya, lagi-lagi Allah mengirimkan
keluarga pertama ASUI yang saat itu datang berkunjung dan membawakan setenteng
kantong plastik besar Ramayana berisi baju, sepatu, tas, dan sejumlah uang agar
ia dapat tinggal dengan nyaman. Allahu rabbi..
Saat itu pula, bisa jadi si anak laki-laki itu sudah di-DO
sebelum memasuki perkuliahan karena 700 ribu uang DKFM yang belum dibayarkannya. Namun
lagi-lagi rasanya Allah ingin membisikkan di telingaku,
“Kamu tidak
sendiri, Big..”
Begitulah Allah, dengan rasa cintaNya yang begitu besar menyelamatkan
masa depan bocah cungkring itu. Kali ini seorang sosok mulia itu
tiba-tiba memanggil saya yang sedang menangis di sekretariat untuk masuk
ke
ruangannya. Dengan lembut beliau menenangkan lalu mengatakan,
“Semua akan baik-baik saja, kamu jangan takut ya Big..”
Nol rupiahnya uang pangkal dan uang semester pun
akhirnya dilengkapi dengan lunasnya DKFM saya saat itu. Mata saya pun
tmeleleh setiap mengingat kejadian bersama ibu yang selalu saya cintai,
yang
hingga saat ini pun masih memperjuangkan mahasiswa-mahasiswa yang kurang
beruntung seperti saya. Terimakasih Bu..
Terima kasih kepada dua bidadari cantik yang hadir di wisuda saya
kemarin, mereka adalah ibu dan mbak yang terus memberikan doa tertulusnya tak pernah
henti. Dan tentu sosok yang akan selalu saya kagumi, almarhum Bapak yang dari
dulu selalu meyakini, suatu saat saya pasti jadi sarjana, jadi orang pinter,
jadi orang besar di zaman yang besar nanti, begitu kan Pak doamu dalam namaku?
Ya, tulisan ini hanya sebuah titik dari sejumlah syukur yang
ingin ku haturkan padaMu Allah. Yang selalu punya rencana terbaik dibalik semua
rencana terbaik yang telah kumiliki..
-----
Hikmah:
Begitulah cara Alloh memperlakukan hamba-hambaNya yang sungguh bersungguh-sungguh meraih impian mulianya apalagi untuk menuntut ilmu. Akan dibukakan seribu satu jalan untuk menggapainya. Yakinlah! kisah Big semoga mampu menyemangati kita untuk terus berikhtiar tanpa batas.
Ada bonus dari hasil wawancara Big saat ditelpon oleh penyiar Delta FM Tante Raynia dalam rangka Hari Sumpah Pemuda Tahun lalu:
Big Zaman adalah anak penjual pecel di Surabaya. Ibunya tidak pernah bermimpi anaknya akan menjadi sarjana lulusan UI.
Sejak SD SMP Big selalu kesulitan membayar uang
sekolah, karena hidup yang serba kekurangan. Tapi entah mengapa selalu ada saja
bantuan dari orang orang yang dia kenal maupun tidak. Saat SMA sang Ayah
meninggal dunia dan hampir saja meruntuhkan impiannya. Bayangan lulus
atau tidak dari SMA terus menghantuinya setiap hari.
Tak disangka Big Zaman lulus SPMB di pilihan
pertama, UI. Tapi dia sempat berpikir untuk tidak mengambilnya karena tak ada
biaya. Seorang kawan baik meyakinkannya untuk berangkat plus
menyiapkan tiket pesawat yang menjadi sejarah buat dia pertama kalinya naik
pesawat ke Jakarta!
Sesampai di Depok, dia memang tidak dikenakan biaya masuk
sebesar 25 juta rupiah untuk Fasilkom UI, tapi dia harus membayar biaya
DKFM,
sebesar 700ribu rupiah. Big Zaman mengaku, saat ini pun dia masih ingat
betul
Ibu yg menagihnya dan mengultimatum akan mengenakan biaya 25juta rupiah
jika
tak membayar yang 700ribu itu. Sementara saat itu Big hanya membawa
uang 200ribu rupiah saja. Tak ayal ia pun hanya bisa menangis sambil
membuka buka dompetnya seolah meyakinkan diri sendiri
bahwa uangnya tak akan pernah cukup.
Big Zaman bercerita, justru saat dia menangis dia bertemu satpam
(yang belakangan dia sebut bahwa sepertinya satpam ini adalah malaikat).
Satpam ini menganjurkan dia menemui seorang Ibu, yang akhirnya menjadi
Dewi
penolongnya atas Kehendak Alloh tentunya.
---Menarik, Inspiring, Menggugah----
Thanks Big sudah berbagi di pagi Ramadhan 27 dengan adik-adik binaan
alumni SMAN 5 Tangsel yang sempat i'tikaf disana. Keep on inspiring with
your spirit, your attitude and also your writings.
0 komentar: