Buku cakrabirawa
Ini
adalah buku kuno terbit th.1963 mengenai Resimen Khusus
Tjakrabirawa,yang sekarang dikenal dengan nama PasPamPres (Pasukan
Pengamanan Presiden). Buku ini berisi puluhan foto-foto ukuran besar
(ukuran satu halaman buku) dari para komandan dan anggota Resimen
Khusus Tjakrabirawa pada th.1963, sebelum terjadinya peristiwa G30S.
Untuk pemerhati sejarah, buku
kuno ini adalah dokumentasi lengkap yang berisi oknum-oknum Tjakrabirawa
yang baik yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam Gerakan 30
September.
Resimen Khusus Tjakrabirawa
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Panglima Tertinggi Angkatan Perang
Republik Indonesia tanggal 5 Juni 1962. Tjakrabirawa dibentuk sebagai
suatu resimen khusus di bawah Presiden yang diberi tanggung jawab penuh
untuk menjaga keselamatan pribadi Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan
Perang Republik Indonesia beserta keluarganya.
Resimen ini terdiri atas Detasemen Kawal Pribadi, Batalion Kawal Pribadi, dan Batalion Kawal Kehormatan.
Pembentukan
Tjakrabirawa merupakan tanggapan strategis atas upaya pembunuhan
terhadap Presiden Soekarno, yang terjadi pada 14 Mei 1962 saat Presiden
bersembahyang Idul Adha di Masjid Baitturahman di kompleks Istana
Merdeka, Jakarta. Letnan Kolonel Untung, yang berperan sebagai pimpinan
militer Gerakan 30 September, dari 1954 sampai 1965 bertugas di Batalion
454 Banteng Raiders.
Pada Februari 1965, Letkol
Untung, yang saat itu menjabat Komandan Batalion 454 Banteng Raiders,
dipromosikan menjadi Komandan Batalion I Tjakrabirawa. Kualifikasi
khusus yang dimiliki Tjakrabirawa tidak langsung menjadikan
Tjakrabirawa suatu kesatuan militer yang mampu melakukan kudeta pada 1
Oktober 1965.
Keterlibatan Tjakrabirawa dalam
Gerakan 30 September, lebih ditentukan oleh sosok Letkol Untung. Karier
militer cemerlang Letkol Untung yang membawanya ke jabatan Komandan
Batalion I Tjakrabirawa berawal dari Batalion 454. Akibat Peristiwa
G-30-S, pasukan Tjakrabirawa dibubarkan.
Sebagai Panglima Kostrad, Mayor
Jenderal Soeharto mengambil alih kepemimpinan operasional AD dan
memimpin operasi penumpasan Gerakan 30 September. Dalam operasi
penumpasan ini, Panglima Kostrad memerintahkan pasukan baret merah RPKAD
menghentikan petualangan militer pasukan baret hijau Batalion
454. Sejarah akhirnya mencatat bahwa penumpasan Gerakan 30 September
berakhir dengan gelar operasi khusus yang dipimpin oleh Letkol Ali
Moertopo yang juga alumnus Banteng Raiders. Operasi khusus ini menjadi
awal kelahiran Kopkamtib yang turut memperkuat rezim politik-militer
Orde Baru.
0 komentar: