Seniman Ngesti Pandowo Ditemukan Meninggal di Taman Budaya Semarang
Foto: angling adhitya p/detikcom
Semarang - Seorang seniman senior Pengrawit (penabuh gamelan) �Ngesti Pandowo, Soeratmin (60) ditemukan meninggal di belakang gedung Ki Narto Sabdo, kawasan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang. Saat ditemukan, jenazah terlihat seperti orang tertidur.Orang pertama yang menemukan jenazah Soeratmin, Sihanto (50) mengatakan, sekitar pukul 16.00 WIB, saat akan latihan karawitan di gedung Ki Narto Sabdo, ia melihat Soeratmin terbaring dengan mengenakan kaos biro dan celana panjang warna krem di belakang gedung. Awalnya, ia mengira Soeratmin hanya tertidur biasa dengan posisi terlentang dengan tangan dilipat di dada, namun saat didekati tidak ada tanda-tanda bernapas.
"Saya melihat beliau tiduran di sana. Saat didekati sudah tidak ada napas. Saya nggak megang tapi tahu beliau sudah tidak bernapas," katanya di belakang gedung tempat Grup Wayang Orang Ngesti Pandowo tampil di kawasan TBRS, Jl Sriwijaya, Semarang, Selasa (30/10/2012).
Sihanto yang juga merupakan ketua karawitan Ngesti Pandowo itu menambahkan, ia sempat mendengar kabar dari warung yang terletak di sebelah gedung, bahwa sebelum meninggal Soeratmin sempat membeli air mineral.
"Saya dengar tadi jam 15.00 beliau beli minum di warung," jelas Sihanto.
Sementara itu, ketua Dewan Kesenian Semarang, Mulyo Hadi Purnomo mengatakan, sosok Soeratmin adalah sosok yang sangat mencintai seni. Jiwa seninya tidak mendapat dukungan dari pemerintah sehingga ia terpaksa hidup menggelandang di kawasan TBRS.
"Ini menunjukkan perhatian pemerintah terhadap kesenian sangat kurang. Ngesti Pandawanya dikenal, tapi senimanannya tidak terurus," kata Mulyo yang juga datang ke lokasi.
Dalam kesehariannya Soeratmin tidur berpindah-pindah di kawasan TBRS. Ia masih sering membantu meng-rawit (menabuh gamelan) di Ngesti Pandawa dan grup seni lainnya. Jika hujan, ia tidur di dalam lemari selebar satu meter dan tinggi dua meter yang terletak tidak jauh dari tempatnya ditemukan dalam keadaan meninggal.
"Ini destinasi wisata, seharusnya ada kompleks wisma untuk para pengabdi seni sehingga bisa tinggal di sini," tandas Mulyo.
Jika ia tidak memiliki kegiatan, lanjut Mulyo, pria yang akrab dipanggil Pak Min tersebut mengisi waktu luangnya dengan membuat wayang kardus kecil dari kardus berbentuk lingkaran berdiameter 30 sentimeter dan dipahat tokoh-tokoh wayang.
"Kalau tidak ada aktivitas, beliau bikin wayang dari kardus. Beliau sudah ikut Ngesti Pandawa sejak grup tersebut ada di gedung Gris lalu pindah ke Majapahit dan terakhir di TBRS ini," kenang Mulyo.
"Hatinya sudah untuk Ngesti Pandawa," imbuhnya.
Dari lemari milik Soeratmin, terdapat puluhan wayang kardus hasil karyanya yang ditempatkan dalam stoples bening. Rencananya hasil karya itu akan ditunjukkan ke pihak Pemerintah Kota Semarang.
"Rencananya akan ditunjukkan ke pihak pariwisata dan Walikota. Inilah hasil karya beliau, seorang seniman," kata Marko, seorang seniman keroncong.
Saat ini, jenazah Soeratmin dibawa ke RSUP Kariadi. Sementara itu, polisi sedang mencari tahu keberadaan keluarganya yang menurut kabar berada di daerah Karangjati, Semarang.
"Nanti semoga ada uang tali asih untuk keluarga yang ditinggalkan," tutup Mulyo.
�Ngesti Pandowo merupakan grup Wayang Orang yang jaya pada tahun 1970-an. Di usia ke-75, kelompok seniman ini tetap eksis dengan menggelar beragam pentas, terutama di Kota Semarang.
0 komentar: