Srinthil, Tembakau paling mahal, ada di Indonesia...!!!
Tahukah anda jenis tembakau apa yang
paling mahal dan paling berkualitas seantero dunia? Kalau anda berfikir
jenis tembakau ini berasal dari luar negeri, itu salah besar. Tembakau
berkualitas nomor satu ini adalah produk lokal alias berasal dari
Indonesia, yaitu dari daerah Temanggung, Jawa Tengah.
Masyarakat petani tembakau di
lereng Gunung Sindoro Sumbing, Temanggung, Jawa Tengah menyebut tembakau
tersebut dengan sebutan “Srinthil”. Tembakau “Srinthil” adalah tembakau
yang tumbuh begitu saja secara alami dan sampai detik ini belum ada
peneliti yang bisa menemukan cara untuk membudidayakannya.
Kemunculan “Srinthil” dideteksi
ada sejenis jamur yang tumbuh saat daun tembakau dari Temanggung belum
dirajang. Jamur ini yang membuat kualitas tembakau menjadi bagus.
Kualitas “Srinthil” baru akan muncul setelah daun tembakau dimatangkan
selama tiga hari. Akan kelihatan jamur kekuningan dan biasanya saat
tembakau dalam kondisi seperti ini petani menyimpannya kembali selama
7-8 malam sebelum dirajang.
Adapun media tanah yang
mempengaruhi kemunculan tembakau srinthil biasanya dari jenis tanah
lincat yang teksturnya menyerupai tanah liat. Jenis tanah ini kerap
menghasilkan “Srinthil” kualitas bagus.
Ciri-ciri tembakau Srintil, antara lain:
Tembakau srintil dihasilkan dari daun paling atas pada tanaman tembakau. Biasanya dipetik paling akhir. Sewaktu masih di pohon, tak ada yang bisa mengetahui lembaran daun itu akan menjadi srintil.
Mempunyai aroma khas yang menggoda, harumnya mirip aroma buah salak. Aroma khasnya akan mudah tercium walau dari jarak beberapa meter. Hal ini wajar, karena Srintil disimpan lumayan lama dalam gudang.
Daunnya berbentuk melengkung hampir keriting, dan susah dirajang. Agak lembab, tetapi tidak basah. Warnanya hitam pekat seperti habis disiram madu. Kadar nikotinnya tinggi, berkisar di angka 3-8%, prosentase yang cukup tinggi untuk sebuah tembakau. Inilah alasan Srintil menjadi incaran pemburu tembakau berkelas.
Ada juga tembakau Srintil yang asoran (rendahan). Ciri tembakau srintil asoran berbau wangi, ada guratan keemasaan halus dan warnanya telah hitam sebagai pertanda kandungan nikotin tinggi.
Saat diperam 2-3 hari sudah busuk, sedangkan tembakau lain membutuhkan waktu lebih. Daun yang sudah layu, ada jamur berwarna kuning, berbau tajam seperti madu dan mengeluarkan cairan menjadi indikator terbentukya tembakau Srintil.
Ciri-ciri tembakau Srintil, antara lain:
Tembakau srintil dihasilkan dari daun paling atas pada tanaman tembakau. Biasanya dipetik paling akhir. Sewaktu masih di pohon, tak ada yang bisa mengetahui lembaran daun itu akan menjadi srintil.
Mempunyai aroma khas yang menggoda, harumnya mirip aroma buah salak. Aroma khasnya akan mudah tercium walau dari jarak beberapa meter. Hal ini wajar, karena Srintil disimpan lumayan lama dalam gudang.
Daunnya berbentuk melengkung hampir keriting, dan susah dirajang. Agak lembab, tetapi tidak basah. Warnanya hitam pekat seperti habis disiram madu. Kadar nikotinnya tinggi, berkisar di angka 3-8%, prosentase yang cukup tinggi untuk sebuah tembakau. Inilah alasan Srintil menjadi incaran pemburu tembakau berkelas.
Ada juga tembakau Srintil yang asoran (rendahan). Ciri tembakau srintil asoran berbau wangi, ada guratan keemasaan halus dan warnanya telah hitam sebagai pertanda kandungan nikotin tinggi.
Saat diperam 2-3 hari sudah busuk, sedangkan tembakau lain membutuhkan waktu lebih. Daun yang sudah layu, ada jamur berwarna kuning, berbau tajam seperti madu dan mengeluarkan cairan menjadi indikator terbentukya tembakau Srintil.
“Srinthil”
merupakan tembakau grade F, G, H, dan I, dengan kadar nikotin yang
paling tinggi, yakni sekitar 20%. Setelah melalui riset dari Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) yang berkantor di
Malang, Jawa Timur, diketahuilah bahwa ternyata kondisi alam, cuaca, dan
struktur tanah di daerah Temanggung memang mampu memberikan panen
tembakau dengan kualitas terbagus di dunia.
Dan apabila ada petani yang
ladang tembakaunya ditumbuhi tembakau “Srinthil” maka petani tersebut
merasa menjadi orang paling beruntung bak mendapat rejeki nomplok.
Yaa.., karena harga tembakau langka ini sungguh mahal sekali di
pasaran.
Harga “Srinthil” minimal 10 kali
lipat dari harga tembakau super. Bila tembakau biasa Rp 12.500/kg,
kualitas super per kilogram Rp 50 ribu, maka Srinthil harganya antara Rp
500 ribu hingga Rp 1 juta. Melihat harga tembakau srinthil yang begitu
mahal maka tak heran jika ketika petani tahu bahwa di ladangnya
terdapat “Srinthil” maka hingga musim panen tiba, para petani rela
siang malam tidur di ladang demi menjaga si “Srinthil”.
Maka disitulah nyawa mereka
dipertaruhkan, soalnya bisa saja sewaktu-waktu ada binatang buas yang
keluar dari hutan dan menyerang mereka. Bagaimana petani mengetahui
bahwa di ladangnya terdapat tembakau “Srinthil”?.
Secara visual, ‘memburu’
Srinthil, kebanyakan petani melihat pada tengah malam, saat gelap
gulita. Bila menemukan tanaman yang siap panen mengeluarkan cahaya cerah
mengkilat kekuning-kuningan seperti fosfor, itu diyakini “Srinthil”.
Tembakau “Srintil” sendiri tidak
dijadikan sebagai bahan utama dari rokok, melainkan hanya sebagai
campuran saja. Para petani tembakau menyebutnya sebagai “lauk” atau
campuran. Sedangkan bahan dasar untuk rokok selebihnya adalah dari
tembakau biasa atau petani menyebutnya dengan sebutan tembakau “nasi”.
Dan uniknya dari tembakau
“Srinthil” tersebut untuk mengharumkan gudang tempat penyimpanan
tembakau milik pabrik rokok, agar aroma seluruh tembakau di gudang
menjadi sama ( bisakah?). Kemunculan Srintil memang masih menjadi
misteri, namun menurut para petani, semakin banyak muncul “Srinthil”
maka perekonomian para petani tembakau akan semakin baik. (Semoga)
0 komentar: